Kamis, 25 Desember 2008

Suaraku Untuk Bapak

Bapak yang aku kenal bukan seorang bapak yang aku harapkan, dia memang orang tua kandungku, namun kelakuannya bagaikan seorang ayah tiri, itu mungkin yang membuat aku sangat membenci dia dan sangat menginginkan kematiannya. karena kajahatan bapak disaat aku kecil, aku terperangkap dosa hingga usiaku saat ini, dalam hal ini sebenarnya aku hanya mau menyalahkan bapak, namun aku ngga bisa.

Dendamku sejak kecil sangat sulit dapat aku lupakan, aku mengalami kepahitan yang teramat sangat, namun aku harus bisa menerima itu, mungkin itu sudah jadi garis hidupku. seandainya membunuh bukan hal yang di larang oleh agama, ingin sekali aku melakukan hal itu kepada bapak, aku sudah cukup lama memendam keinginan itu. namun jauh dalam hatiku, aku ngga mau dibilang sebagai anak yang durhaka, makanya aku ngga ingin melakukan hal tersebut.

Sungguh ngga pernah terpikirkan kalau aku akan menjadi bahan untuk disiksa oleh orang tua kandungku sendiri, aku menyadari bahwa diriku memang belum tahu apa- apa, namun aku mempunyai dendam yang sangat tinggi, mungkin kalian juga akan mengalami hal yang sama seperti aku, kalau seandainya mengalami. bagaimana tidak, diusia yang masih 5 th, termasuk usia yang masih sangat baik untuk bermain- main dan juga bergembira, namun hidupku harus aku lalui dengan penyiksaan dari hari ke hari.

Pertanyaanku yang ada pada saat itu, sebenarnya aku ini kandung dari bapak ataukah emang sekedar anak pungut saja, hingga bapak dengan seenaknya memukuli aku tanpa memandang bahwa aku ini manusia yang mempunyai derajat yang sama untuk hidup. aku sendiri saat dipukul juga ngga merasa bersalah, hanya karena bapak yang ngga memberi kesempatan untuk aku menceritakan kejadian yang sebanarnya.

aku hanya butuh kepastian yakni jawaban dari bapakku.


cerita by TIMOTY

Lonceng Natal

Saya mendengar lonceng berdentang pada hari Natal
Lagu-lagu Natal yang sudah dikenal,
Betapa nyaring dan merdunya kata-kata yang terdengar lagi
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!

Saya berpikir, seandainya pada hari Natal,
semua lonceng yang tergantung di menara gereja
Memainkan lagu tanpa hentinya
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!

Dan dalam keputusasaan saya menundukkan kepala;
"Tidak ada damai di bumi," kataku;
"Karena kebencian ada di mana-mana, dan mengejek lagu
tentang
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!"

Tetapi suara lonceng yang berdentang bergema semakin kuat:
"Tuhan tidak mati atau tertidur!
Yang jahat akan jatuh, yang benar akan menang,
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!"

Lonceng terus berbunyi, berdentang,
Bumi berputar dari malam hingga pagi,
Suara, lonceng, nyanyian agung, terdengar merdu,
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!

- Henry Wadsworth Longfellow

by Email

NATAL DI CHINA

Sekitar 26 tahun yang lalu, ada bencana besar yang terjadi di China dan berlangsung selama 10 tahun. Selama jangka waktu tersebut, banyak orang percaya di China dianiaya dan dibunuh. Orangtuaku termasuk diantaranya.

Oleh karena latar belakang kepercayaan orangtua, aku dianggap "black child" dari keluarga revolusioner. Tidak ada seorang pun yang berani memeliharaku. Aku tidak punya tempat tinggal dan mulai menjalani hidup mandiri pada saat berusia 9 tahun. Sejak itu, untuk mendapatkan uang, aku menolong orang untuk mendorong kereta-kereta mereka. Malam harinya, aku tidur di jalanan. Saat itu sedang musim hujan dan salju, tidak seorang pun bekerja di luar dan aku tidak punya mata pencaharian. Lapar dan dingin menjadi bagian dari hidupku sehari-hari.

Satu setengah tahun kemudian, aku bertemu dengan seseorang yang berusia lebih dari 50 tahun. Aku memanggil dia paman Shen. Dia seorang Kristen yang taat. Ketika tahu bahwa aku tuna wisma, dia memutuskan untuk merawat aku. Sebenarnya, paman Shen telah melarikan diri dari penjara dan dia tidak memiliki keluarga. Dia bertanya apakah aku mau tinggal dengannya. Aku setuju karena aku tahu dia seorang yang baik.

Paman Shen memutuskan untuk pergi ke bagian barat laut China karena dia berpikir keadaan di sana jauh lebih aman. Kebanyakan tempat di bagian tersebut sangatlah miskin. Sebagian besar penduduk di wilayah pedesaan tidak berpendidikan. Mereka tidak dapat membaca ataupun memperbaiki mesin-mesin yang mereka miliki, Paman Shen adalah seorang ahli mekanik, jadi dia pergi ke banyak wilayah untuk memperbaiki mesin-mesin para petani. Dia mendapatkan makanan dan penginapan sebagai gantinya. Karena tidak ada banyak mesin di satu wilayah, maka kami sering berpindah-pindah tempat agar dapat terus bekerja. Jika tidak demikian, kami tidak dapat bertahan hidup.

Suatu hari, di penghujung bulan Desember 1970, kita sama sekali tidak punya pekerjaan. Paman Shen memutuskan untuk mencari kerja di tempat lain. Kami berada di wilayah yang termiskin di China dan bermalam di gubuk yang biasa disebut "Grand Horsecart Inn." Suara- suara binatang membuat aku terjaga dan secara tidak sadar terlintas di pikiran tentang orangtuaku. Peristiwa saat mereka ditangkap terbayang lagi; ayahku diikat dan dipukuli berkali-kali sampai dia tidak dapat berdiri lagi ... sedangkan ibu dipaksa untuk berlutut, rambutnya dicukur habis dan wajahnya dilumuri dengan tinta hitam.

Saat memikirkan mereka, aku bertanya pada diri sendiri, "Dimanakah mereka saat ini? Apakah mereka sudah meninggal? Apakah aku dapat melihat mereka lagi?" Aku tidak dapat menahan kepedihan dan airmata yang membanjiri wajahku.

Aku tidak sadar kalau paman Shen juga terjaga, dan dia mendengar isakan tangisku. Dengan lembut dia meraih tanganku dan mencoba menghiburku. Kami duduk di tumpukan jerami kering tanpa bicara sepatah katapun. Beberapa saat kemudian, ketika melihat airmata yang mulai mengering, dengan suara lembut paman Shen bertanya, "Apakah kamu masih mengantuk?"

Aku dengan tegas menjawab, "Tidak, aku tidak mengantuk sama sekali." "Tahukah kamu, hari apakah ini?" tanya paman Shen. "Tidak secara pasti. Setahu aku, ini adalah minggu terakhir di tahun ini."

Paman Shen lalu berkata, "Hari ini adalah tanggal 25 Desember, hari Natal. Hari ini kita merayakan kelahiran Yesus. Tetapi, tahukah kamu bagaimana penderitaan yang dialami Yesus sebelum Dia disalibkan?"

Paman Shen berbicara seakan-akan tahu bahwa aku sedang memikirkan tentang bagaimana penderitaan yang dialami orangtuaku sebelum mereka ditangkap dan dibawa pergi entah ke mana. Paman Shen mengutip ayat- ayat dalam Injil Matius 27:28-30, 'Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.'

Saat paman Shen mengucapkan ayat-ayat tersebut, hatiku tersentak. Melalui penderitaan yang dialami orangtuaku, aku mencoba membayangkan bagaimana penderitaan yang dialami Yesus, Allahku, sebelum Dia disalib dan bagaimana kematian-Nya. Paman Shen melanjutkan kutipan ayatnya, " ...tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air." (Yohanes 19:34)

Saat itu juga, seolah-olah hati aku merasakan kepedihan itu dan aku berkata dalam hati, "Yesus, ALLAH yang disembah orangtuaku dan paman Shen, adalah Allahku juga."

Hari masih subuh saat itu, keadaan masih sepi dan dingin. Terhanyut oleh suasana saat itu, aku tidak tahu secara pasti kapan paman Shen mulai menyanyikan sebuah lagu, "Malam Kudus, sunyi senyap. Bintang- Mu gemerlap. Juruselamat manusia, telah datang ke dunia ..."

Sejak saat itu, 20 tahun telah berlalu. Namun, aku masih merasa seperti hari kemarin. Aku masih dapat merasakan kehadiran paman Shen di sampingku dan mendengar nyanyiannya. Aku masih ingat dan mendengar paman Shen menceritakan tentang kelahiran Yesus:

Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem dari Nazareth untuk mendaftarkan diri. Mereka melakukan perjalanan sejauh 100 mil, yang sangat sulit bagi mereka karena Maria sedang mengandung. Malam itu, Yesus lahir di sebuah kandang, sama seperti "Grand Horsecart Inn" tempat dimana aku dan paman Shen bermalam saat itu. Di kandang yang dingin itu, palungan adalah satu-satunya tempat bagi bayi Yesus. Pada malam yang dingin itulah Tuhan Yesus datang ke dunia ini dan memulai kehidupan- Nya sebagai Anak Allah. Pada malam itu, di sebuah tempat yang bersahaja, Tuhan Yesus telah lahir. Tempat yang tidak terlalu jauh dari Golgota, dimana 33 tahun kemudian Dia dipakukan di atas kayu salib.

Di malam yang dingin, beribu tahun yang lalu, tidak ada Santa Claus, tidak ada lampu-lampu gemerlap, tidak ada pohon Natal, tidak ada pertemuan keluarga ... malam yang dingin ... malam yang kudus!

[[Catatan: Selama hidupnya Penulis telah dipenjarakan dua kali di China karena imannya kepada Yesus.]]

BY EMAIL



Doaku

natal di tahun ini aku harapkan ada perubahan yang amat mencolok dalam segala kehidupanku, aku yang sudah banyak dosa, semoga makin di ampuni, terlalu banyak sudah yang telah aku lakukan, hingga aku saja tak hafal mana yang harus aku mintakan maaf terlebih dahulu, sekalipun aku sudah percaya bahwa semua dosaku pasti diampuni oleh BAPA namun aku masih punya banyak dosa yang aku lakukan kepada sesama manusia, yang mana sulit untuk aku harus memohon ampun ke mereka yang aku buat salah. kadang aku sudah memintakan maaf, namun mereka sulit untuk memaafkan aku, kalau sudah begitu seh aku cuman bisa menyerahkan semua pada Tuhan.

Namun satu hal yang sulity tuk dapat aku wujudkan pada tahun ini, aku masih belom bisa meminta maaf ke Orang tuaku, terutama bapakku yang sudah terlalu banyak salah kepadaku, dia sudah aku anggap sebagai orang yang paling jahat di dunia ini, aku bukan malu untuk memaafkan atau meminta maaf, namun aku ngga akan pernah meminta maaf. aku sudah terlanjur mengalami kepahitan hati oleh bapakku kandungku sendiri, dan juga oleh kekerasan dari dia aku merasakan dan aku anggap bahwa dia itu sudah mati. mungkin aku salah akan hal ini, namun ini adalah suara hatiku.

Semoga Tuhan mau mendengar seruanku ini, dan juga mau membukakan pintu buat bapakku, agar dia menjadi lebih baik dan juga ngga jahat kayak dolo laghe, mumpung ini moment Natal, aku ingin semua terjadi perubahan, dan aku juga ingin katakan kepada bapak, bahwa aku sangat menyayangi dia. I LOVE YOU bapak

cerita by TIMOTY

Buatmu Sahabat

Yossi adalah satu sahabat cewek dari luar daerahku, aku ketemu dia saat masih dalam dunia Friendster, dia anaknya baik banget, sekalipun aku belum pernah ketemuan sama dia, aku sangat bersyukur sama BAPA, karena mengirimkan seorang sahabat yang bisa menjadi saudara dan juga adek dalam kehidupanku, saat chat bersama dia, aku sangat senang, aku bisa sharing masalah pekerjaan, bahkan hingga curht masalah pribadi. aku ketemu dengan dia tengah dalam kesusahan dalam keimananku, dan juga diriku tengah membutuhkan sahabat yang dapat ngerti isi hatiku yang sedang di terjang berbagai pikiran tak menentu.


aku mengalami perubahan yang cukup berarti saat aku kenal dengan Yossi, dia kalau ngasih saran itu biasa, tapi sangat mudah untuk di laksanakan. aku bersyukur mempunyai adek kayak dia, apalagi kenyataannya bahwa aku tidak mempunyai adek perempuan.

Aku ngga pernah tau kalau seandainya aku tidak ketemu sama yossi, mungkin hingga sekarang aku belum berubah, namun semua itu aku kembalikan laghe kepada Tuhan yang sudah banyak turut campur dengan kami, Thank's GOD. aku sedih saat tidak dapat koment dari dia, karena sudah menjadi kebiasaan dari kami setiap hari itu berhubungan lewat internet, walaupun hanya sekedar bertanya lagi ngapain.


saat itu aku bener2 kehilangan seorang sahabat, namun harus gimana laghe, aku harus isa memaklumi, mungkin dia lagi banyak pekerjaan yang banyak yang harus segera di selesaikan da jugha tidak dapat ditinggalkan. aku sadar semua itu. namun yang aku ngga sangka sebelumnya. setelah lama ngga chat ternyata adek yang dah baik ke aku ini, ternyata malah berbeda dari sebelumnya, dia suka mengeluh, ngga bisa bangkit saat tengah dalam masalah

aku sampai menangis dan juga marah, saat aku memberi tau dia namun dia ngga mau melakukannya, bahkan dia pesimis dan menganggap semua masalah yang dia hadapi itu sangat berat, mana Yossi yang aku kenal, baik, suka bangkit, itu semua ngga ada. bahkan saat aku tengah bicara sama kk rohani aku, semua kk rohaniku menyarankan agar selalu mendoakan sem,ua masalah yang di hadapi yossi.

satu yang aku harapkan dari Yossi saat ini, kamu harus selalu bangkit, kamu harus bisa punya pikiran bahwa masalah yang kamu lami itu sangat kecil, namanya Tuhan ngga pernah mencoba umatnya jauh dari kekuatan umatnya adekku, kk yakin kalau kamu mampu melakukakn semua itu, kamu tidak akan pernah mengecewakan semua orang yang sudah baik sama Tuhan. masih banyak orang yang sayang sama adek, dan menganggap adek itu orang yang sangat kuat.Jangan bikin mereka menangis dan sedih hanya gara- gara adek ngga bisa menghadapi masalah kayak gitu, kk ajha yang sangat besar masalahnya ngga pernah mengeluh saat adek tengah ngasih suport, ini waktu kk untuk dapat membalas semua kebaikan yang pernah adek lakukan dolo.

YOUR MY BEST FRIENDS

cerita by TIMOTY